DIKTI MEMANG IDEALIS TAPI SAYANG TIDAK REALISTIS

Seiring dengan berjalannya waktu  suatu hal yang lumrah jika dunia pendidikan di indonesia juga mengalami perkembangan yang signifikan . Ini terlihat jelas dari meningkatnya anggaran pendidikan kita yang mencapai angka 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika kita kalkulasi maka angka itu mengena pada kisaran Rp. 256 Triliun dari APBN negara yang mendekati angka       Rp. 1.230 Triliun per tahun anggaran 2012. Pendidikan adalah salah satu fokus pemerintah yang sangat menjadi prioritas utama. Pendidikan yang baik maka akan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang mampu berdaya saing pula. Kalau Sumber Daya Manusia kita telah mampu bersaing maka ekonomi bangsa pun akan terus tumbuh ke arah yang lebih baik.

Baru-baru ini masih hangat di telinga kita pemerintah indonesia sudah meluncurkan Program Belajar  12 Tahun yang bermakna bahwa generasi muda di indonesia minimal harus lulusan SMA atau sederajat. Terobosan ini  adalah awal program pemerintah untuk terus mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia. Namun di sisi lain jika kita berani berfikir lebih jauh lulusan SMA bukan lagi di anggap berkompeten dan layak untuk bertarung di dunia yang ber-era Globalisasi seperti saat ini. Bukan hal yang baik ketika kita menutup mata dengan kenyataan yang terjadi tetapi dapat menjadi hal yang sangat arif jika kita berani mengatakan bahwa apa yang ada saat ini masih belum cukup. Itu terlihat jelas Kalau kita berani menengok ke negara tetangga kita, sebut saja singapura atau malaysia. Di era millenium ini Malaysia dan singapura sangat melesatkan dirinya di persaingan dunia internasional. Semua  itu tercermin dari semakin baiknya ekonomi mereka dari tahun ke tahun.  Tentu semua itu bisa terjadi karena kemampuan sumber daya manusia (SDM) mereka sangat mumpuni. Pembenahan revolusi  itu tentu di topang oleh sistem pendidikan mereka yang sangat baik dan disiplin, lantas bagaimanakah dengan kita?? Indonesia tercinta. Bukankah di era 80-an mereka sangat jauh dibelakang kita?? Bukankah ketika itu guru-guru disana di impor dari ibu pertiwi?? Mari kita bertanya pada diri kita.

Baru-baru ini DIKTI sebagai otak dari segala pusat pendidikan tinggi di Indonesia mengeluarkan syarat-syarat  untuk para lulusan S1, S2 dan S3. Para lulusan S1 diwajibkan untuk menuliskan pemikirannya di jurnal lokal, lulusan S2 di jurnal nasional dan untuk lulusan S3 di jurnal internasional.

 

 

Leave a comment